oleh: Jinamarga
Kami pernah menerima e-mail dari seorang teman yang non Buddhis (sebut saja namanya
Susi, seorang Ibu dengan dua orang putra). Dalam e-mailnya tersebut Susi menceritakan sebuah kisah yang sangat menarik, yaitu kisah tentang teman sekantornya yang
sangat beruntung. Teman Susi ini (sebut saja namanya
Metta, seorang Buddhis), tidak kaya tetapi tidak pernah kekurangan dan selalu diliputi oleh keberuntungan.
Dalam e-mail tersebut diceritakan bahwa si Metta ini sangat beruntung karena menjadi
“orang yang terpilih” untuk mendapatkan banyak “keajaiban, kemudahan, mukjijat dan keberuntungan” dari Tuhan yang tidak didapatkan orang lain.
Apakah Memang benar demikian?? Apakah ada “orang yang terpilih” dan “tidak terpilih”?? Penasaran???? Mari kita simak bersama kisah dari Susi ini:
Metta adalah seorang tamatan SMA, bukan seorang Sarjana. Metta sudah menikah dan memiliki seorang putra. Karirnya cukup bagus, jabatannya juga Mantap.
Sangat jarang sekali ada lulusan SMA yang bisa menduduki jabatan tersebut.
Sementara Susi walaupun seorang Sarjana tetapi Susi masih menjadi bawahan Metta, apakah ini saja yang disebut - sebut sebagai keberuntungan Metta?? Tentu tidak, masih banyak lagi keberuntungan dan kemudahan yang dialami Metta, simak terus kisahnya...
Di kantor, Susi dan Metta adalah teman akrab alias sahabat walaupun mereka berbeda agama dan jabatan. Metta termasuk orang yang cukup bijaksana dan pandai bersikap, saat kerja Ia adalah atasan, tetapi di luar urusan kerja, Metta menganggap Susi sebagai sahabatnya. Mereka berdua sering mengobrol tentang keluarga mereka masing –masing. Dari obrolan – obrolan inilah, Susi tau betul bahwa kehidupan Metta dan keluarganya biasa – biasa saja. (maksudnya tidak termasuk kaya tetapi juga tidak kekurangan, mungkin lebih cocok disebut sederhana)
Penghasilan Metta dan suaminya hanya cukup untuk kebutuhan sehari – hari dan cicilan rumah. Namun yang namanya kehidupan tidak selamanya berjalan dengan mulus, dan
sangat wajar bila Metta juga pernah mengalami masalah keuangan. Berkali – kali Metta curhat ke Susi, Ia sedang butuh uang. Suatu ketika Metta cerita, Ia butuh uang untuk membeli mesin cuci, pernah pula Metta bercerita bahwa Putranya sudah sangat memelas untuk dibelikan sepeda, dilain waktu Ia juga pernah cerita bahwa Ia butuh uang untuk melunasi cicilan rumahnya.
Metta merasa tidak tenang bila memiliki utang. Sebagai Sahabat, Susi sangat ingin membantu Metta, tetapi apa daya Susi tidak punya Uang, gajinya juga pas – pasan untuk membiayai kebutuhan keluarganya.
Nah… pada kelanjutan kisah inilah, Susi menganggap Metta adalah “orang yang terpilih” untuk menerima segala kemudahan dan keberuntungan. Mari kita simak lagi kelanjutan kisahnya:
Setiap ada masalah keuangan, selalu saja ada jalan keluar yang tidak terduga. Saat Metta butuh uang, tiba – tiba saja perusahaan tempat kami bekerja membagikan bonus bagi karyawan (padahal sudah beberapa tahun tidak ada pembagian bonus).
Di lain waktu, tiba – tiba saja kakak Metta mendapat rejeki nomplok, hadiah utama dari undian salah satu Bank, hadiah tersebut diuangkan kakaknya dan tanpa diminta sang kakak membagikan sejumlah uang kepada Metta.
Sebenarnya masih banyak lagi kemudahan dan keberuntungan yang diterima oleh Metta, tidak akan habis – habinya bila diceritakan, singkat cerita, di saat Metta mengalami masalah selalu saja ada jalan keluar yang tidak terduga.
Penasaran?? Mungkin yang timbul didalam pikiran Saudara setelah selesai membaca kisah ini antara lain: Kok bisa?? Masa??? Benar gak sih??? Atau mungkin juga Saudara berpikir: Ah, ini cuma kebetulan saja…, Lucky blue kali…., dan lain - lain.
Kami juga memiliki pemikiran yang sama dengan Saudara, jadi kami berusaha mendapatkan informasi lebih lanjut tentang kisah ini. Kami ingin mengetahui apa yang menyebabkan Si Metta ini selalu diliputi oleh keberuntungan. Berdasarkan pengetahuan kami, sesuai Ajaran Guru Agung kita, Buddha Sakyamuni, bahwa
tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini, semuanya tergantung pada Hukum Sebab – Akibat (hukum Karma), tidak ada sebab maka tidak ada akibat.
Dan setelah melalui perjuangan yang cukup berat, akhirnya kami berhasil mendapatkan e-mail si Metta dari Susi. Awalnya Susi tidak berani memberikan e-mail Metta karena Kisah Metta yang ditulis dan disebarkan oleh Susi via e-mail, tanpa sepengetahuan dari Metta. Susi meminta kami untuk merahasiakan e-mail Metta, demikian juga dengan Metta yang meminta kami untuk menyamarkan identitasnya dan kota tempat tinggalnya, karena
Metta tidak ingin Latihan Dhammanya terganggu.
Kami mulai menyelidiki, mengapa Metta yang hanya tamatan SMA bisa menjadi atasan Susi yang notabene adalah Sarjana. Dari penjelasan Metta, dapat kami simpulkan bahwa kesuksesan Metta bukanlah sebuah hadiah yang diberikan begitu saja tanpa perjuangan, bukan juga diberikan karena Metta sebagai “orang yang terpilih” yang disebut - sebut dalam e-mail Susi. Kesuksesan Metta lebih disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
Metta memiliki Motto: “
Apa yang bisa saya berikan untuk memajukan perusahaan ini??” Metta tidak pernah menuntut gaji, apalagi jabatan. Metta hanya ingin menyelesaikan tugasnya dengan sebaik – baiknya, supaya disaat penerimaan gaji, Metta dapat menerimanya dengan tenang dan bahagia. Metta selalu memberikan yang terbaik bagi perusahaannya, walaupun kadang – kadang apa yang dilakukan Metta tidak sebanding dengan gaji yang diterimanya.
Dan Menurut Metta, bila kerjaan kita tidak beres dan mengerjakannya tidak sepenuh hati, sama artinya
kita dibayar untuk merugikan/ menghancurkan perusahaan. Ujung – ujungnya kita semua yang akan terkena dampaknya jika perusahaan mengalami kerugian terus – menerus dan akhirnya bangkrut. Bayangkan…
begitu banyak orang yang menderita karena ketidakseriusan kita.
Berpedoman pada prinsip – prinsip inilah, Metta dapat melakukan segala sesuatu tanpa beban karena Ia mengerjakannya tanpa Pamrih, tanpa mengharapkan pujian dari atasan dan lain – lain sehingga hasil yang dicapai pun lebih maksimal. Karena semangatnya inilah ditambah dengan keuletan dan prestasinya maka Metta berhasil menduduki jabatan tersebut. (sudah terbukti, Siapa yang menanam, Ia yang akan memetiknya)
Kemudian kami mulai menyelidiki, Mengapa di saat mengalami masalah keuangan, Metta selalu mendapat jalan keluar yang tidak terduga, seolah – olah Metta adalah “orang yang terpilih” untuk menerima kemudahan dan keberuntungan.
Setelah berbincang cukup panjang dan memakan waktu yang cukup lama (karena via e-mail, yang dibalas 1- 2 hari kemudian), Akhirnya kami sekali lagi dapat membuktikan kebenaran Dhamma, Ajaran Guru Agung kita, Buddha Sakyamuni. Keberuntungan demi keberuntungan yang dialami oleh Metta bukan semata - mata karena kebetulan belaka, tetapi lebih disebabkan oleh
Karma Baik dari LATIHAN DHAMMA yang selama “berpuluh – puluh tahun” ditekuni oleh Metta dan Suaminya yang sedang berbuah.
Karma baik apa saja yang telah dilakukan oleh Metta dan Suaminya selama berpuluh – puluh tahun sehingga dapat membuahkan kemudahan dan keberuntungan dalam hidup mereka???
Metta adalah salah seorang aktivis vihara, sejak masih single sampai dengan sekarang. Metta adalah aktivis Buddhis yang memiliki
rasa ingin tau yang sangat kuat dan Metta
bukan tipe orang yang mudah percaya begitu saja, sebelum membuktikannya (sesuai ajaran Buddha, Ehipassiko = datang, lihat dan buktikan sendiri). Bagaimana cara membuktikan Dhamma, Ajaran Sang Buddha tersebut?? Tidak ada cara lain, selain dipraktekkan, oleh sebab itu Metta dan Suaminya
membuktikan Dhamma melalui Latihan Dhamma.
Apa saja latihan Dhamma yang dilakukan oleh Metta dan Suaminya selama berpuluh – puluh tahun? Metta dan Suaminya rajin mengikuti
kebaktian dan berdana di setiap kegiatan vihara, diantaranya: berdana untuk mensukseskan acara Waisak, Kathina, Asadha, Maghapuja, bakti sosial, pembangunan vihara, dan lain – lain. Metta dan Suaminya juga merupakan salah satu
donatur tetap di vihara tersebut (menurut pengakuan Metta, walaupun dananya tidak seberapa, yang penting rutin dan ikhlas), dana yang terkumpul dari semua donatur tetap ini, digunakan untuk membiayai operasional vihara dan untuk kebutuhan makan siang Bhante bila ada kunjungan Bhante ke vihara tersebut.
Dari penjelasan diatas, mata dan pikiran kita semakin terbuka, dan kita semakin sadar bahwa keberuntungan yang diterima oleh Metta dan keluarganya selama ini bukanlah disebabkan karena Metta adalah “orang yang terpilih” untuk menerima semua kemudahan dan keberuntungan tersebut, tetapi keberuntungan dan kemudahan tersebut dapat diperoleh dari perbuatan – perbuatan Metta dan Suaminya selama ini.
Dan ini bukanlah sesuatu yang ajaib atau mukjijat, yang didapat oleh Metta selama ini adalah
konsekuensi yang sangat logis seperti halnya hukum karma atau hukum sebab - akibat yang biasa kita alami dalam kehidupan sehari - hari: Saudara mencelupkan tangan ke air, tangan Saudara pasti basah; Saudara menyentuhkan kertas ke api, maka kertas itu akan terbakar; Saudara yang menanam, Saudaralah yang akan memetik hasilnya……
Kita berdana, diharapkan ataupun tidak, suatu saat kita akan memetik hasilnya. Bukan hanya itu saja,
berdana secara teratur adalah salah satu sarana untuk melatih mengurangi kemelekatan dan keserakahan kita dan yang pasti kita telah mengembangkan sifat – sifat baik yang ada di dalam diri kita. Didalam Buddha Dhamma tidak ada paksaan ataupun keharusan berdana berapa banyak, tetapi lebih ditekankan pada
ketulusan saat berdana tersebut.
Kisah Metta ini hanyalah salah satu bukti nyata kebenaran Dhamma, Ajaran Buddha Sakyamuni, dan kami yakin Saudara – saudara juga sudah pernah membuktikan kebenaran Dhamma, kami sarankan, jangan segan – segan atau malu untuk menceritakannya ke keluarga dan teman – teman dengan demikian
Saudara juga telah berdana dalam bentuk Dhamma.Sabbadanang Dhammadanang Jinati(Berdana kebenaran/ Dhamma adalah pemberian yang tertinggi) Dhammapada 354
Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk tetap semangat mempraktekkan Dhamma, apapun masalah yang sedang kita hadapi, percayalah pasti ada jalan keluar terbaik bagi kita yang berjalan di jalur Dhamma.
Maju terus, pantang Mundur…..
Sadhu… Sadhu…. Sadhu….
Ayat – ayat Dhammapada yang berkaitan dengan kisah Metta tersebut antara lain:
Orang yang tidak mau belajar akan menjadi tua seperti sapi.
Dagingnya bertambah, tetapi kebijaksanaannya tidak berkembang.
Dhammapada 152
(Metta tidak mau seperti Sapi, makanya Ia segera memutuskan untuk giat Latihan Dhamma)
Jangan meremehkan kebajikan walaupun kecil dengan berkata:
“Perbuatan bajik ini tidak akan membawa akibat”.
Bagaikan sebuah tempayan akan terisi penuh oleh air yang dijatuhkan setetes demi setetes,
demikian pulalah orang bijaksana sedikit demi sedikit memenuhi dirinya dengan kebajikan.
Dhammapada 122
Apabila seseorang berbuat bajik,
hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita atas perbuatannya itu,
sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.
Dhammapada 118
(Dhammapada 122 & 118 yang menginspirasi Metta dan suaminya untuk menjadi Donatur tetap)
Selama buah dari perbuatan jahat belum masak,
Maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu,
Tetapi apabila buah perbuatan jahatnya itu telah masak,
Maka Ia akan merasakan pahitnya penderitaan.
Dhammapada 69
Pembuat kebajikan hanya melihat hal yang buruk,
selama buah perbuatan baiknya belum masak,
tetapi pada saat buah perbuatan bajiknya itu telah masak,
maka Ia akan melihat akibat – akibat yang baik.
(Ia akan merasakan manisnya kehidupan ini).
Dhammapada 120
(Buah karma baik Metta masak pada waktu yang tepat, sehingga Metta dapat keluar dari masalah keuangan yang menimpanya dan merasakan manisnya kehidupan ini) (sumber cerita: e-mail, Dhammapada dan lain - lain)